JAKARTA – Menteri Wisata serta Sektor Bisnis Kreatif/Kepala Badan Perjalanan serta Kondisi Keuangan Kreatif ( Menparekraf ) Sandiaga Salahuddin Uno memastikan, World Water Wadah ke-10 yang dimaksud masih berlangsung hingga 25 Mei 2024 ke Nusa Dua, Bali, memberikan dampak yang mana besar terhadap pergerakan kegiatan ekonomi dalam Bali. Sandiaga Uno mengatakan, hingga Kamis (23/5) tercatat sejumlah 50 ribu wisatawan datang ke Bali untuk World Water Wadah ke-10.
“Dari jumlah agregat spending per delegasi yang mengacu event sejenis itu sekitar Rp34 juta. Oleh oleh sebab itu itu, kita dapat memprediksi lebih besar dari setengah triliun rupiah atau Rp500 miliar belanja secara langsung bagi sektor ekonomi Bali serta Indonesia dengan World Water Pertemuan ini,” kata Sandiaga di informasi resminya, Kamis (23/5/2024).
Namun, ditambahkan Menparekraf, di perhitungan ke depan nantinya bukanlah bukan mungkin saja perputaran kegiatan ekonomi secara keseluruhan akan mencapai bilangan Rp1,5 triliun, “Mengingat delegasi kemungkinan tidaklah datang sendirian, dan juga masih ada perputaran dunia usaha yang dapat dilihat tiada belaka dari spending delegasi saja,” ujar Sandiaga.
Sandiaga menjelaskan, Kemenparekraf sedang melakukan survei terhitung dari 17 hingga 25 Mei 2025 terhadap stakeholder, pengunjung, kemudian delegasi untuk menghitung dampak penyelenggaraan World Water Diskusi ke-10 ke Bali.
Ketua Perhimpunan Hotel dan juga Kafe Indonesi (PHRI) Daerah Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, sebelumnya mengatakan, pelaksanaan World Water Wadah 2024 akan berdampak pada geliat sektor pariwisata juga kegiatan ekonomi kreatif. Salah satunya terlihat pada sektor akomodasi ke mana tingkat okupansi hotel pada Bali, khususnya kawasan Nusa Dua, sangat tinggi.
“Pelaksanaan event-event MICE internasional akan memberikan dampak yang besar. Hal ini tentunya berubah menjadi berkah bagi Bali,” ujar Rai.
Rai mengatakan, hotel-hotel pada kawasan Nusa Dua tempat konferensi berlangsung tingkat okupansinya menyentuh bilangan bulat 100 persen. Tidak cuma dalam kawasan Nusa Dua, tetapi juga berdampak pada hotel-hotel di dalam luar kawasan. Seperti Jimbaran, Kuta, Sanur, juga Ubud.
“Hal ini juga akan berdampak lebih besar luas ke pelaku bidang usaha lainnya, seperti bisnis restoran,” pungkas Rai.
Artikel ini disadur dari Perputaran Ekonomi World Water Forum di Bali Diperkirakan Tembus Rp1,5 Triliun