WASHINGTON – Utang nasional Amerika diperkirakan akan segera meledak di bawah komando Donald Trump usai memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) lagi. Peringatan ledakan utang nasional Amerika Serikat disampaikan oleh para bankir top pada Institute of International Finance (IIF).
Analis pada lembaga yang mana berbasis di Washington ini mengatakan, rencana pengurangan pajak oleh Trump tanpa pemotongan pengeluaran, pada ketika yang dimaksud serupa akan datang menyokong utang nasional Negeri Paman Sam naik dari sekitar 100% Ekonomi Nasional ketika ini bermetamorfosis menjadi lebih lanjut dari 135% pada waktu satu dekade ke depan.
Lonjakan naiknya harga juga membayangi AS, sebab Trump sempat menyatakan akan mengenakan tarif 10%-20% pada sebagian besar barang impor. Memasang tarif tinggi impor pada akhirnya akan berujung pada kenaikan biaya barang-barang, yang tersebut kemudian akan segera ditanggung konsumen.
Utang nasional Amerika Serikat ketika ini telah mendekati USD36 triliun atau setara Rp565.459 triliun (kurs Rp15.707 per USD) dan juga IIF menyampaikan peringatan utang yang dimaksud dapat mencapai lebih banyak dari 150% terhadap Pendapatan Domestik Bruto apabila pemotongan pajak Trump lebih besar besar dari yang dimaksud diperkirakan.
Beberapa rencana Trump lainnya termasuk menciptakan upah lembur kemudian tip menjadi bebas pajak. Kebijakan semacam itu menurut para analis dalam IIF, akan segera merangsang pengeluaran kemudian juga akan menghidupkan kembali inflasi.
Presiden terpilih Donald Trump sempat mengatakan, ingin meninggal pajak menghadapi barang-barang impor, mengakibatkan pendapatan tambahan untuk kas negara dan, mudah-mudahan merangsang manufaktur lokal. Namun perekonomian mengkhawatirkan, semua itu juga akan memulai naiknya harga dengan memproduksi barang-barang buatan luar negeri menjadi lebih besar mahal.
Tekanan nilai tukar seperti itu kemungkinan akan memaksa Federal Reserve alias the Fed untuk meninggalkan rencananya memangkas suku bunga. Dimana IIF memperkirakan, akan menciptakan biaya pinjaman lebih besar besar untuk waktu yang lebih tinggi lama.
“Penurunan suku bunga baru-baru ini sudah pernah menjadi bagian dari strategi Fed (bank sentral AS) untuk menggalang pertumbuhan, namun ekspansi fiskal di bawah Trump dapat memaksa Fed mempertimbangkan kembali jalur ini, khususnya jikalau risiko pemuaian muncul tambahan cepat dari yang digunakan diantisipasi,” ungkap Analis seperti dilansir Telegraph.
Biaya pinjaman jangka panjang telah terjadi meningkat tajam dalam bursa keuangan untuk mengantisipasi utang Negeri Paman Sam yang dimaksud lebih lanjut tinggi juga lonjakan suku bunga untuk jangka panjang. Imbal hasil treasury 30-tahun, seperti obligasi Amerika Serikat diketahui sudah ada naik dari level terendah di dalam bawah 4% pada bulan September berubah menjadi lebih tinggi dari 4,5% pada hari ini.
Artikel ini disadur dari Utang AS Rp565.459 Triliun, Bankir Wanti-wanti Bakal Meledak di Bawah Komando Trump