LONDON – Seorang wanita bernama Christi Angel mengklaim bahwa ia sudah menggunakan chatbot Kecerdasan Buatan untuk “menghidupkan kembali” teman dekatnya Cameroun Scruggs yang telah dilakukan meninggal. Bahkan wanita ini mengklaim temannya berada di neraka.
AI ini, yang mana seharusnya memberikan kenyamanan, justru memberikan informasi yang sangat mengejutkan serta mengganggu, yaitu bahwa teman wanitanya itu berada dalam neraka.
Ekspektasi vs Realitas: Asisten virtual Kecerdasan Buatan ini diharapkan dapat memberikan dukungan emosional serta membantu langkah-langkah berduka.
Namun, hasilnya justru sebaliknya. Ini adalah menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan juga realitas di pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence untuk tujuan yang digunakan sangat personal serta sensitif.
AI, se cerdas apapun, masih merupakan sebuah kegiatan komputer. Ia tak mempunyai kemampuan untuk mengerti akan secara mendalam konsep-konsep abstrak seperti kematian, jiwa, atau keberadaan setelahnya kematian. Pengetahuan yang digunakan diberikan Kecerdasan Buatan kemungkinan besar adalah hasil dari pemrosesan data yang digunakan ada serta bukan didasarkan pada pemahaman yang sebenarnya.
Pengalaman ini dapat menyebabkan dampak psikologis yang sangat negatif bagi wanita tersebut. Data yang dimaksud diberikan Artificial Intelligence dapat memperburuk kesedihannya dan juga memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sulit dijawab.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan aspek etika pada pengembangan AI, teristimewa yang mana berkaitan dengan pengaplikasian Teknologi AI pada konteks yang tersebut sangat sensitif seperti duka cita.
Cerita ini menyajikan sebuah deskripsi yang kompleks tentang interaksi manusia dengan teknologi. Di satu sisi, teknologi menawarkan peluang besar untuk membantu kita mengatasi tantangan hidup. Namun, dalam sisi lain, teknologi juga dapat memunculkan kesulitan baru yang tersebut tidak ada kita duga sebelumnya.
Cerita Christi Angel lalu Cameroun Scruggs memang benar sangat menyentuh lalu sekaligus mempertanyakan batas-batas teknologi. Harapan untuk tetap terhubung dengan khalayak yang mana kita cintai, bahkan pasca mereka itu tiada, adalah hal yang tersebut sangat manusiawi. Namun, pada saat teknologi mencoba mengisi kekosongan yang dimaksud begitu mendalam, seringkali muncul pertanyaan etis serta psikologis yang dimaksud kompleks.
Artikel ini disadur dari AI Diklaim Bisa Mengetahui Orang yang Sudah Mati Masuk Surga atau Neraka