JAKARTA – Menurut data Penelitian Kesejahteraan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2020, prevalensi penyakit batu perih pada Tanah Air tercatat sebanyak 3.8% atau 739.208 jiwa.
Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K, Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI menerangkan, penderita batu bubungan ginjal sendiri memang sebenarnya kerap kali tiada merasakan gejala ataupun keluhan. Oleh sebab itu, tanpa disadari batu bubungan bisa saja bermetamorfosis menjadi besar.
“Beberapa gejala yang mana kerap dirasakan oleh penderita batu bubungan yaitu nyeri pinggang yang digunakan hilang timbul meskipun tidak ada melakukan aksi berlebih, kencing berwarna kemerahan atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau mengundurkan diri dari batu kecil, kemudian bila terjadi infeksi akan menyebabkan demam juga nyeri pada waktu berkemih,” paparnya di Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Prof. Nur menambahkan, seseorang akan berisiko lebih tinggi tinggi terkena batu perih jikalau salah satu anggota keluarga pernah menderita batu ginjal.
Faktor risiko lainnya yaitu dehidrasi atau tubuh kurang cairan. Apalagi bagi pemukim yang digunakan tinggal pada iklim hangat juga kering sehingga mereka cenderung berkeringat serta malah berbagai mengeluarkan cairan. Mengonsumsi makanan yang dimaksud tingkat protein, natrium (garam), serta gula berlebihan juga dapat meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal.
“Berikutnya, mereka yang tersebut obesitas, miliki penyakit pencernaan, pernah melakukan prosedur pembedahan sebelumnya, atau kondisi medis lain seperti asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, serta infeksi saluran kemih berulang, kerap mengonsumsi suplemen lalu ramuan tertentu, juga memperbesar risiko terjadinya batu bubungan ginjal ini,” jelas Prof. Nur.
Di Indonesi sendiri, metode perawatan terbaru untuk urologi dalam bidang batu perih yaitu Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS). RIRS merupakan tindakan operasi tanpa bekas luka sehingga pasien yang menjalani prosedur ini mampu pulih tambahan cepat serta melaksanakan aktivitas kembali secara normal.
Prof. Nur menjabarkan, pada dasarnya RIRS adalah prosedur penghancur batu bubungan ginjal dengan menggunakan laser. Sebelum dikerjakan prosedur RIRS, pasien harus menjalani pemeriksaan laboratorium terlebih dulu, dilanjutkan pemeriksaan dengan CT scan.
Pemeriksaan menggunakan CT scan pada waktu ini telah enteng dijangkau serta berubah menjadi standar pemeriksaan batu saluran kemih. Selain mengetahui letak juga ukuran batu, informasi tambahan penting adalah kekerasan batu dengan satuan HU (Hounsefield Unit).
”Dalam memilih prosedur RIRS, dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran lalu jenis batu, juga kondisi keseimbangan umum pasien. Berita kekerasan batu mengubah algoritma lalu anjuran dokter spesialis urologi pada penanganan batu saluran kemih, dalam mana pemakaian ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) semakin terbatas, lantaran batu dengan kekerasan lebih tinggi dari 1.000 HU tidak ada disarankan lagi, meskipun ukurannya tak besar. RIRS dapat dikerjakan pada batu ginjal berukuran kurang dari 3 cm, batu dengan kekerasan tinggi,” terangnya.
Artikel ini disadur dari Mengatasi Kasus Batu ginjal yang Sulit dengan Metode RIRS