STRESA – Grup negara-negara progresif yang tergabung di G7 gagal mencapai konsensus tentang bagaimana menggunakan pendapatan yang mana dihasilkan dari aset bank sentral Rusia yang tersebut dibekukan ke luar negeri untuk membantu Ukraina. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perekonomian Italia Giancarlo Giorgetti pada akhir pekan kemarin.
Seperti diketahui Italia pada waktu ini memegang kepresidenan G7 juga bermetamorfosis menjadi tuan rumah pertarungan dua hari para menteri keuangan G7 minggu ini ke kota Stresa.Pada konferensi pers di akhir KTT, Giorgetti mengatakan, G7 menyebabkan kemajuan terkait kesulitan aset Rusia , tetapi “belum menyelesaikan” prosesnya akibat masih “adanya permasalahan teknis lalu hukum yang tersebut signifikan.”
Berbicara terhadap wartawan, Giorgetti menambahkan, bahwa kelompok ini terus berjuang untuk mencapai “solusi yang dimaksud diinginkan secara politis” yang digunakan “tidak dapat disangkal dari sudut pandang hukum,” juga menemukan itu membutuhkan waktu.
Giorgetti mencatatkan data bahwa kebijakan akhir untuk langkah yang dimaksud kemungkinan akan dibuat pada KTT para pemimpin G7 Juni, mendatang di Puglia.
Setelah dimulainya konflik tanah Ukraina pada awal 2022, negara-negara Barat sudah memblokir sekitar USD300 miliar aset milik bank sentral Rusia sebagai bagian dari sanksi terhadap Moskow. Sekitar dua pertiga dari dana ini disimpan di lembaga kliring Uni Eropa Euroclear, serta sisanya sebagian besar belum dimanfaatkan pada negara-negara Uni Eropa lainnya, serta ada sekitar USD5 miliar di AS.
Sementara itu ketika Washington sangat ingin menyita aset secara langsung, G7 dilaporkan masih menolak opsi tersebut, lantaran perasaan khawatir anggota Eropa bahwa hal itu akan mengacaukan kredibilitas keuangan mereka itu kemudian menghindari negara-negara lain menyimpan aset mereka itu di blok tersebut.
Sebaliknya, kelompok ini fokus pada cara-cara untuk memanfaatkan keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia yang tersebut disita, kemudian bagaimana menggunakannya.
Menurut laporan yang mengutip kontestan KTT, salah satu opsi yang paling sejumlah dibahas adalah menggunakan keuntungan dari dana yang digunakan dibekuan sebagai jaminan pinjaman miliaran dolar ke Kiev.
Namun Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner mengatakan, pada hari Hari Jumat bahwa “masih harus dilihat apakah mungkin saja untuk memperkenalkan instrumen semacam itu” sebab dampak hukum yang kemungkinan besar ditimbulkannya.
Opsi lain yang tersebut kebarnya juga dibahas adalah mengalokasikan hasil dari aset yang tersebut dibekukan segera ke pemimpin tanah Ukraina Vladimir Zelensky, dengan 90% dari jumlah keseluruhan yang dimaksud akan digunakan untuk pembelian senjata, sementara 10% sisanya akan digunakan sebagai dana rekonstruksi negara.
Rusia mengingatkan terhadap tindakan apapun yang tersebut berusaha mencapai asetnya, dengan mengemukakan hal yang disebutkan identik dengan pencurian, sambil bersumpah akan datang melakukan pembalasan.
Awal pekan ini, Presiden Vladimir Kepala Negara Rusia mengesahkan dekrit yang mana menguraikan mekanisme yang digunakan akan memungkinkan Ibu Kota Rusia untuk menyita properti yang mana dimiliki oleh entitas lalu warga negara yang dimaksud terkait dengan Negeri Paman Sam melalui pengadilan apabila Washington mencoba menyita aset Rusia yang tersebut disimpan di luar negeri.
Artikel ini disadur dari G7 Gagal Rampungkan Rencana Rebut Aset Rusia Rp4.807 T yang Dibekukan